Pages

Kamis, 19 Juni 2014

Kumohon; Bicaralah

Aku memulai segala pertanyaanku yang...
Ah. Entah...
Memang, aku yang salah...

Aku menjawab segala alasanku yang...
Ah. Sama sekali tidak logis...
Lagi-lagi, aku yang salah....

Ada apa denganku hari ini?
Semuanya serba salah.
Semuanya serba membuat orang lain diam.
Oh, bukan orang lain yang diam.
Melainkan kamu.

Kamu diam.
Kamu acuh.
Kamu seolah mengabaikan.
Seolah tidak peduli denganku.
Tidak seperti biasanya.

Sungguh.
Maaf.
Aku memang, salah.

Tapi...

Sayang, kumohon; jangan seperti ini.
Sayang, kumohon; jangan diam seperti ini.
Sayang, kumohon; jangan acuh tak acuh seperti ini.
Sayang, kumohon; mengertilah. Pengabaianmu itu membuatku sesak.
Sayang, kumohon; mengertilah. Ketidak-pedulianmu itu membuatku sakit.
Sayang, kumohon; bersikaplah seperti biasanya. Aku rindu kamu, sungguh.
Sayang, kumohon; bicaralah.

With Love,
Uma

Minggu, 15 Juni 2014

Cerita Kota Ngawi

NGAWI.
Sebuah kota kecil di Provinsi Jawa Timur yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah.

Sebuah kota kecil yang menjadi tempat kelahiran gue. Lahir di Ngawi dan dibesarkan oleh orangtua gue di Ngawi. Mulai dari TK, SD, SMP, sampai sekarang SMA pun, gue tetep di Ngawi. Gue juga heran, kenapa orangtua dan keluarga gue betah di Ngawi. Yaaa, meskipun Ibu gue asli dari Ngawi, tapi kenapa ayah gue nggak ngeboyong gue ke Semarang kek, atau kemana kek. Secara gitu. Ayah gue lahir di Semarang. 

Ngawi. Menurut gue kota yang nggak terlalu ramai, panas, dan banyak banget polusinya. Eh? Wait. Katanya kota yang nggak terlalu ramai? Tapi kok banyak polusi? Gue sendiri juga bingung kenapa bisa gitu. Wkwk

Singkat cerita tentang Kota Ngawi.
Dulu Ngawi punya slogan "NGAWI BERJUANG". Gue juga bingung. Bukannya Indonesia udah merdeka? Tapi kenapa masih berjuang? 
Dan sekarang Ngawi punya slogan, katanya sih "NGAWI RAMAH". Wait? Ngawi Ramah? Tapi engga tau kenapa gue masih nemuin beberapa orang sombong di kota kecil ini. Gimana bisa dibilang ramah coba? Darimananya?Ah. Oke. Abaikan tentang kekonyolan ini.

Apapun yang terjadi di Kota Ngawi, Ngawi tetep kota kelahiran gue. Tetep kota yang bakal gue banggain kemana-mana. Tetep kota yang selalu ngingetin dimana gue dibesarin, dimana gue mengenyam pendidikan gue dari TK - SMA, dimana gue nemuin sahabat-sahabat gue yang asik dan konyol, dimana gue bisa nemuin cinta pertama gue, dimana gue bisa belajar apa arti PHP, dan dimana gue selalu bahagia bareng keluarga gue, sahabat gue, temen-temen gue, especially DIA.

Dan, buat lo; yang belum tau tentang Kota Ngawi, belum pernah kesini, lo musti cobain deh, wisata-wisata di sini. Ada beberapa pilihannya kok. 
1. Tawun. Pemandian yang airnya itu langsung dari sumbernya.
2. Benteng Van Den Bosch. Peninggalan Belanda. Coba search di Google deh. Betapa megahnya bangunannya.
3. Grojokan Sewu
4. Waduk Pondok
5. Kebun Teh Jamus
Dan, masih banyak banget tempat-tempat wisata disini.

Yaudahsih, cuma sharing aja. Thankyou bagi yang udah bacaaaaa!

Rabu, 11 Juni 2014

Karenamu; Rinduku Terbayarkan

Apa tujuan Tuhan menciptakan sela-sela jari?
Karena suatu saat nanti akan ada yang mengisinya, melengkapinya.

Jemarimu jan jemariku saling bertautan.
Saling mengisi.
Saling melengkapi.
Saling merapatkan.
Saling menggenggam.
Semakin erat.

Maaf.
Atas semua sikapku.
Maaf.
Atas semua sifatku.
Maaf.
Atas semua kelakuanku yang membuatmu jenuh.
Maaf.
Atas semua responku yang membuatmu lelah.

Diam.
Saat lengan saling bersentuhan.
Saat jemari saling menggenggam.
Saat mata saling berpandangan.
Semakin dalam.
Semakin lekat.
Semakin pekat.

Rasa nyaman, hadir begitu saja.
Rasanya; enggan melepas tautan jemari yang begitu melekat erat.
Bersandar dipundakmu.
Sambil mengikat janji.
Sambil membicarakan tentang hal yang kusebut KITA.
Begitu bahagia.
Begitu dekat.
Tak ada jarak, seperti hari-hari yang lalu.

Aku terbelit oleh rindu,
Ya.
Aku rindu pesanmu.
Aku rindu tradisi "panjang" ucapan selamat pagi dan ibadah maghrib.
Aku rindu obrolan kita.
Aku rindu kekonyolan kita.
Aku rindu candaan kita.
Aku rindu kamu, sayang.

Baik-baik ya.
Maaf atas kesalahpahaman yang sangat mengganggu.
Terimakasih, atas waktunya.
Terimakasih, karenamu rinduku terbayarkan,
Terimakasih, untuk 13 minggunya.
Terimakasih, sangat bahagia.

With Love,
Uma ♡

Selasa, 10 Juni 2014

Baik-baik, Itu Saja

Aku tidak pernah mengerti mengapa kita bisa seperti ini.
Mengapa kita bisa saling diam.
Tak berbicara.
Tak ada kabar.
Dalam beberapa waktu.

Cemas.
Khawatir.
Gelisah.
Tetapi hanya bisa diam.
Diam karena alasan yang tidak logis.

Jauh.
Terpaut dalam beberapa jarak.
Seperti itulah rasanya.

Egois.
Saling menyalahkan.
Dan tak ada yang mau mengalah.

Sungguh.
Aku cukup kecewa.
Tapi...
Aku hanya berusaha tidak apa-apa.
Aku berusaha tidak merasa kecewa.
Aku hanya berusaha  baik-baik saja.

Tapi...
Semua berbeda lagi dengan apa pengakuanmu barusaja.
Ujian?
Ujian apalagi?
Semakin tidak mengerti.
Semakin tidak paham.
Semakin sakit.
Semakin menusuk.
Semakin dalam
Semakin sesak.
Semakin rapuh menahan air yang mulai jatuh.

Menangis.
Ah.
Sudahlah. Untuk apa kamu menangis lagi, Uma!
Diamlah!
Tenanglah!
Berisik!

Ucapan "Selamat tidur dan selamat beristirahat. Mimpi indah, sayang." Adalah kalimat penghantar tidur malam ini.
Tanpa emoticon peluk.
Tanpa emoticon titikduabintang.
Tanpa emoticon apapun.
Semua terasa datar dan semakin perih.
Hanya doaku yang menyertaiku dalam tidurmu.

Sudahlah.
Sudah malam.
Terimakasih karena dalam 19 minggu ini, kamu bersedia mengenalku.

Dari aku yang hanya ingin kita baik-baik saja.
With Love,
Uma.