Pages

Kamis, 21 Agustus 2014

Tidakkah...

Tidakkah ada kata lain selain "terserah"?
Tidakkah ada kata lain selain "mboyak"?

Apa itu caramu membalas kalimatku?
Mengabaikan semua perkataanku?
Terimakasih sebelumnya.

Aku kecewa dengan katamu.
Bukan hanya kata "terserah" dan "mboyak".

Genit. Centil. Dan ganjen.
Itu kesimpulanmu terhadapku.

Bolehkah aku menangis (lagi)?
Terimakasih.

Sabtu, 16 Agustus 2014

Apa Aku Salah, Jika...

Sudah beberapa minggu ini rasaku...
Ah.
Aku tidak begitu paham ketika rasa cemburu itu tiba-tiba datang menghujani hatiku.
Aku tidak begitu paham ketika ingatanku tentangmu dan perempuan-perempuan itu mulai terbayang ladi.
Begitu nyata.
Dan begitu jelas.

Sepatah katapun, kamu tidak berucap.
Bahkan sekadar pesan singkatpun.
Aku tidak mendengar sendiri dari bibirmu.

Entah masa bodoh aku dibilang anak kecil.
Tapi ini kenyataannya.
Semua yang awalnya "tidak mengapa" begitu kupermasalahkan.

Lalu sekarang,
Kamu berkata tentang "orang lain" disekitar kita lagi.
Sedari pagi, malam bahkan.
Entahlah.
Kata-katamu sore itu begitu...
Susah untuk dilupakan.
Menyakitkan, karena aku tidak biasa dibentak.

Pertanyaan demi pertanyaan menghujani pikiranku.
Apa alasanmu?

Bolehkah jika mataku sembab ketika bangun, karena aku menangis semalaman?
Aku bukan perempuan yang kuat.
Aku hanya berusaha terlihat kuat didepanmu.
Aku menuangkannya disini.
Semuanya.

Apa aku salah, jika aku tidak ingin kamu memuji orang lain didepanku. Aku hanya ingin saat tidak didepanku. Aku tidak ingin mendengarnya.
Apa aku salah, jika aku cemburu pada perempuan lain?
Apa aku salah, jika perasaanku sedikit berubah ketika kamu menyebutkan namanya, atau orang lain bahkan?
Apa aku salah, jika rasa percayaku begitu ingin dijaga olehmu?
Apa aku egois, jika semuanya SERBA AKU dan HANYA AKU?
Maaf.

With Love,
Uma

Minggu, 10 Agustus 2014

Setidaknya...

Kali ini memang rasanya begitu sakit.
Kali ini memang rasanya begtu perih.
Kali ini memang rasanya lebih dari sakit dan perih.

Entahlah.
Kamu mengungkitnya.
Aku mengingatnya.
Kita sama-sama emosi.
Kita sama-sama memenangkan ego masing-masing.

Selama ini akupun tahu.
Aku hanya diam.
Aku hanya tidak ingin ini begitu dipermasalahkan.
Aku tidak ingin kita bertengkar.
Padahal hampir semua teman-temanku yang berbicara.
Padahal aku sendiripun melihatnya.

Selama ini aku hanya ingin mempercayai semua yang kamu katakan.
Semua yang kamu bilang.
Semua yang kamu ucapkan.

Memang meyakinkan.

Aku tidak bermaksud untuk membandingkan antara aku dan kamu.
Aku selalu meminta izinmu.
Aku tidak menutup-nutupi tentang apa yang terjadi padaku.
Kita memang beda, bukan?
Tidak harus apa yang kamu lakukan selalu bilang padaku dulu.
Boleh aku berpendapat?
Tidakkah seharusnya kita saling menggenggam supaya kita tetap satu melawan perbedaan itu?
Supaya kita selalu sama.

Fine.
Aku cemburu terhadap temanmu.
Bahkan kejadian yang sudah lalu itu.
Entah bodoh.
Entah idiot.

Memang rasanya sakit.
Memang rasanya masih membekas.
Memang aku sempat kecewa.

Tapi...
Setidaknya rasaku padamu tidak berkurang secuilpun.
Setidaknya aku tidak pernah lupa untuk selalu membalas pesanmu.
Setidaknya aku tidak pernah lupa untuk selalu mengucapkan "Selamat,..."
Setidaknya aku tahu diri bahwa hatiku milikmu.
Dan setidaknya kebiasaanku mencintaimu tidak berubah sedikitpun.

Much Love,
Uma

Jumat, 08 Agustus 2014

Lakukan Semaumu. Tapi...

Apa artinya kemarin bilang supaya aku selalu menjaga mood ku kalau akhirnya juga seperti ini?
Ngerti?
Aku bingung banget!
Kamu marah dengan alasanmu yang sama sekali engga logis!

Kamu boleh engga percaya sama aku.
Kamu boleh lebih percaya teman-temanmu.

Aku cuma mau bilang.
Aku kesel.
Kepalaku pusing.
Perutku sakit.
Pinggangku sakit.
Kakiku lemes.
Dan aku cuma mau kamu jadi moodbooster-ku.
Itu aja kok.
Engga lebih.
Tolong. :'(

Aku gak nesu.
Aku cuma saitik badmood.
Tapi aku gak iso adoh soko kowe sui-sui.
Tapi aku yo kepingiiiin banget nangis.
Aku kudu piye to?
Ben kowe percoyo tenan, nek emang CUMA KOWE?

Kamu boleh curiga,
Kamu boleh badmood,
Kamu boleh marah,
Tapi di pending dulu, bisa?
Lakukan apa yang kamu mau.
Lakukan apa yang kamu suka.
Lakukan apa yang mau kamu lakukan.
Lakukan semaumu.
Tapi ku mohon, jangan sekarang.
Aku engga sanggup kalau harus bertubi-tubi.
Aku terlalu lemah, Sayang.
Dan, maaf.
Kali ini rasanya memang sakit.

Minggu, 03 Agustus 2014

Selamat Belajar, Bay!

"Wajib belajar 12 tahun."

Teruntuk; KAMU.
Yang mulai hari Senin nanti, kita sama-sama memasuki tahun wajib belajar ke-12.

Hai.
Senang bisa menulis tentangmu lagi disini.

Tentang kamu dan masa depanmu nanti,
Tentang mimpimu,
Tentang anganmu,
Bagaimana?
Sudah siap, kan?
Aku percaya itu.

Yaaah.
Ketika membicarakan sebuah masa depan,
Setelah ini, akan ada jarak yang memisahkan pertemuan kita,
Akan ada waktu yang akan menjawab semua jadwal nge-date kita,
Akan ada masa dimana aku dan kamu akan bisa saling menggenggam kembali tanpa jarak, satu mili pun.

Aku hanya berpesan;
Semangat belajarnya, Bay.
Semangat berjuang untuk ujian-ujian akhir nanti.
Buat Ibu, Bapak, dan Adek bangga atas hasilmu nanti.

Much Love,
Uma.